BEOGA - Di tanah Papua yang dikelilingi bukit hijau dan awan rendah yang menyelimuti langit, terdapat sebuah bandara kecil yang menjadi denyut kehidupan masyarakat Beoga. Bandara itu bukan sekadar tempat pesawat mendarat dan lepas landas, tetapi juga “urat nadi” yang menghubungkan masyarakat pedalaman dengan dunia luar. Namun, beberapa waktu terakhir wajah Bandara Beoga tampak kusam: rumput liar merambat di tepi landasan, sampah berserakan, dan semak belukar hampir menutup akses pandang.
Pada Selasa (26/8/2025), pemandangan itu berubah total. Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 732/Banau dari Pos Beoga bergotong-royong membersihkan setiap sudut bandara. Bukan dengan senjata, melainkan dengan cangkul, parang, dan sapu lidi. Mereka memangkas rumput yang menjulang, membersihkan semak belukar, hingga mengangkut sampah yang mengganggu. Di bawah teriknya matahari Papua, loreng para prajurit bukan hanya menjadi simbol penjaga perbatasan, melainkan juga lambang kepedulian.
Bandara Sebagai Urat Nadi Kehidupan
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Letda Ivan Kusuma, Komandan Pos Beoga. Ia menggerakkan seluruh personel untuk bahu-membahu tanpa mengenal lelah. Bagi mereka, Bandara Beoga bukan sekadar bangunan dengan landasan aspal, melainkan pintu kehidupan masyarakat.
“Bandara Beoga adalah urat nadi masyarakat di sini. Dari bandara inilah obat-obatan, bahan pangan, hingga bantuan bisa masuk. Kebersihan dan kerapian bandara bukan hanya soal estetika, tapi juga menyangkut keselamatan penerbangan dan kenyamanan warga, ” tegas Dansatgas Yonif 732/Banau, Letkol Inf Muhammad Nurul Chabibi, S.H.
Warga Merasa Bandara Adalah Pintu Harapan
Masyarakat Beoga pun merasakan manfaat nyata dari aksi tersebut. Bapak Kaler, salah satu tokoh masyarakat, tak kuasa menyembunyikan rasa harunya.
“Terima kasih banyak, Bapak-bapak TNI. Bandara ini adalah pintu gerbang kami. Kalau bandara bersih dan terawat, harapan kami juga semakin besar. Kami merasa lebih diperhatikan, ” ungkapnya.
Bagi warga, bandara bukan hanya soal transportasi, tetapi juga simbol keterhubungan. Dari sinilah anak-anak bisa melanjutkan pendidikan ke kota, kebutuhan medis dapat segera dipenuhi, dan ekonomi lokal tetap bergerak.
TNI dan Rakyat, Tak Terpisahkan
Apresiasi juga datang dari Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, yang menegaskan bahwa aksi prajurit di Beoga adalah bukti nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat.
“Apa yang dilakukan prajurit di Beoga membuktikan bahwa TNI tidak hanya memanggul senjata, tetapi juga memikul tanggung jawab sosial. Setiap keringat yang mereka teteskan di landasan Bandara Beoga adalah bukti nyata bahwa TNI adalah rakyat, dan rakyat adalah TNI. Inilah wajah Indonesia, ” ujar Mayjen Lucky.
Harapan yang Ikut Terbang Tinggi
Hari itu, Bandara Beoga bukan hanya tempat mendaratnya pesawat, melainkan juga mendaratnya cinta dan kepedulian. Dari sebuah karya bakti sederhana, tumbuhlah semangat kebersamaan yang menyatukan prajurit dan warga.
Kini, setiap kali pesawat melintas di langit Beoga dan roda-rodanya menyentuh landasan yang bersih, ada doa dan harapan yang ikut terbang tinggi: bahwa kehidupan masyarakat pedalaman Papua akan terus membaik, bersama TNI yang selalu hadir untuk mereka.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono