PAPUA - Di balik pegunungan yang sunyi dan terik matahari yang menyengat, ada cerita penuh harapan yang lahir dari sebuah pos militer sederhana di Kampung Wamitu, Distrik Goa Balim, Kabupaten Lanny Jaya. Di sana, prajurit Satgas Yonif 408/Sbh tidak hanya berdiri sebagai penjaga kedaulatan negara, tetapi juga menjelma menjadi guru dan sahabat bagi anak-anak Papua. Jum'at (5/9/2025).
Setiap sore, suara tawa riang anak-anak menggema di sekitar Pos Wamitu. Dengan sabar, prajurit mengajarkan mereka baca, tulis, dan hitung (calistung) bekal mendasar yang amat berharga bagi masa depan. Di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan formal, langkah kecil ini menjadi cahaya terang yang menuntun generasi muda menuju pintu ilmu pengetahuan.
“Kami ingin mereka punya bekal untuk masa depan, ” tutur Danpos Wamitu, Lettu Inf Indra, dengan nada tulus. “Setiap huruf yang bisa mereka baca, setiap angka yang bisa mereka hitung, adalah langkah maju menuju masa depan yang lebih baik. Harapan kami, semangat ini bisa menumbuhkan mimpi-mimpi baru di tanah Papua.”
Tak hanya mengajar, prajurit Satgas juga menyediakan perlengkapan belajar sederhana seperti buku dan pensil. Dengan itu, setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. Rasa gembira jelas terlihat dari wajah polos mereka ketika berhasil menuliskan kata-kata pertama atau menyelesaikan hitungan sederhana.
Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan secara rutin setiap hari, kecuali Minggu. Bagi para prajurit, ini bukan sekadar rutinitas, melainkan wujud nyata pengabdian kepada generasi penerus bangsa.
Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, menegaskan pentingnya langkah yang diambil Satgas Yonif 408/Sbh.
“Prajurit TNI di mana pun bertugas harus memberikan dampak positif bagi masyarakat. Apa yang dilakukan Satgas Yonif 408/Sbh bukan hanya membangun keamanan, tetapi juga menyalakan harapan. Karena masa depan Papua adalah bagian tak terpisahkan dari masa depan Indonesia, ” ujarnya.
Warga Kampung Wamitu pun menyambut dengan hangat kehadiran TNI sebagai bagian dari keluarga besar mereka. Bagi para orang tua, kehadiran prajurit yang mau turun tangan mendidik anak-anak ibarat berkah di tengah keterbatasan.
Di Pos Wamitu, kisah tentang ketulusan, pengabdian, dan cinta tanah air berpadu menjadi satu. Prajurit yang biasanya identik dengan seragam dan senjata, kini hadir sebagai pahlawan tanpa tanda jasa bagi anak-anak Papua. Mereka bukan hanya menjaga perbatasan, tetapi juga menjaga mimpi agar tetap tumbuh di tanah yang jauh dari keramaian negeri.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono