INTAN JAYA - Senja di Lapangan Apel Kantor Bupati Intan Jaya, Kampung Holomama, Distrik Sugapa, menjadi saksi bisu perubahan besar pada Jumat (12/12/2025). Lima jiwa, yang dulunya memilih jalan perjuangan terpisah, kini memilih merajut kembali benang persatuan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Fransiskus Japugau, Yusak Kum, Vabianus Sani, Yanuarius Sani, dan Yupianus Bilambani, namanya terukir dalam sejarah hari itu sebagai simbol harapan baru bagi Papua.
Ratusan warga Intan Jaya, dari tokoh adat, agama, hingga para pemimpin daerah, memadati lapangan apel. Kehadiran mereka menunjukkan betapa peristiwa ini begitu berarti. Gubernur Papua Tengah, Meki Fritz Nawipa, S.H., Danrem 173/PVB Brigjen TNI I Ketut Mertha Gunarda, Kapolda Papua Tengah Brigjen Pol Alfred Papare, S.I.K., Bupati Intan Jaya Aner Maisini, S.H., M.H., dan jajaran pejabat lainnya turut menyaksikan momen penuh haru ini.
Gubernur Papua Tengah, Meki Fritz Nawipa, tak mampu menahan rasa bangga dan syukurnya. “Saya merasa bangga dan bersyukur atas langkah damai yang diambil oleh saudara-saudara kita. Keputusan ini menunjukkan bahwa masa depan Papua akan lebih baik apabila kita bersatu dalam NKRI. Hari ini, kita menyaksikan kemenangan nurani, dan semoga ini menjadi contoh bagi yang lainnya, ” ujarnya dengan suara bergetar, memancarkan kelegaan.
Bupati Intan Jaya, Aner Maisini, menambahkan penghargaan setinggi-tingginya kepada TNI dan Polri. Ia mengakui, situasi kondusif yang tercipta adalah berkat pendekatan humanis yang senantiasa dikedepankan.
“Keberhasilan ini tidak lepas dari kerja keras TNI dan Polri yang selalu mengedepankan pendekatan humanis. Ini adalah bukti bahwa persatuan lebih kuat daripada perpecahan, ” tegasnya, menekankan kekuatan harmoni.
Di antara kelima mantan pejuang, Fransiskus Japugau, dengan tulus berbagi alasan di balik keputusannya. “Kami mengakui kesalahan kami yang dahulu bergabung dengan OPM. Kami menyadari bahwa kekerasan tidak membawa kami ke mana-mana. Kami ingin kembali hidup damai, membesarkan anak-anak, dan membangun tanah Papua bersama pemerintah Indonesia, ” tuturnya, menyiratkan kerinduan akan kedamaian sejati.
Kolonel Inf Arif Budi Situmeang, Dansektor Barat Koops TNI Habema, turut menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang sejuk. “Kembalinya lima saudara kita ini membuktikan bahwa pendekatan yang sejuk dan membangun adalah cara yang efektif. TNI hadir tidak hanya untuk menjaga keamanan, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan masyarakat bahwa NKRI tidak akan meninggalkan mereka, ” katanya, menegaskan peran TNI sebagai pengayom.
Letkol Inf Danang Rahmayanto, Dansatgas Yonif 500/Sikatan, membuka lebar pintu maaf. “Mereka yang kembali adalah saudara sebangsa kami. Kami menerima mereka dengan tangan terbuka, karena Papua akan maju jika kita berjalan bersama-sama, ” ucapnya penuh keyakinan, mengajak semua untuk merangkul kembali saudara yang tersesat.
Prosesi ikrar damai berlangsung khidmat. Sumpah setia diucapkan, dan batik dikenakan sebagai simbol penerimaan kembali ke dalam keluarga besar NKRI. Doa bersama yang dipimpin oleh Pendeta Karel Nulini, Ketua Klasis GKII, mengiringi penutupan acara, disempurnakan dengan tarian adat yang merayakan penyatuan kembali.
Peristiwa di Intan Jaya ini bukan sekadar berita, melainkan bukti nyata bahwa perdamaian di Papua adalah sebuah kemungkinan yang kini terwujud. Ini adalah kisah tentang keberanian memilih jalan damai, tentang kekuatan persatuan, dan tentang harapan untuk masa depan Papua yang lebih cerah.


















































