PAPUA - Di tengah upaya membangun Papua yang damai dan sejahtera, harapan baru lahir dari suara-suara asli tanah ini. Tokoh-tokoh adat, agama, dan pemuda Papua menyatakan kesiapan mereka untuk membantu pemerintah membujuk kelompok separatis bersenjata, Organisasi Papua Merdeka (OPM), agar menghentikan perjuangan bersenjata dan kembali memeluk erat pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sabtu 26, April 2025.
Dalam berbagai forum dialog yang melibatkan aparat keamanan, pemerintah daerah, dan lembaga masyarakat, semangat persatuan mengalir kuat. Para tokoh percaya bahwa kekuatan pendekatan kekeluargaan, budaya, dan agama jauh lebih ampuh daripada jalan kekerasan untuk membuka hati mereka yang selama ini memilih hidup di balik bayang-bayang konflik.
Yulianus Wenda, tokoh adat dari wilayah Lapago, menyampaikan keyakinannya bahwa damai adalah jalan yang lebih luhur. "Kami ini saudara. Tidak ada anak Papua yang ingin terus hidup dalam penderitaan dan ketakutan. Kalau ada jalan pulang bagi mereka yang masih berada di gunung atau hutan, maka kami, para tokoh masyarakat, siap membuka komunikasi dan menjadi jembatan antara mereka dan pemerintah, " ujarnya dalam pertemuan adat di Kabupaten Puncak, Sabtu (26/4/2025).
Yulianus juga menegaskan bahwa banyak mantan anggota OPM yang akhirnya kembali bukan karena tekanan senjata, melainkan karena pendekatan manusiawi dengan rasa hormat, pengakuan hak, dan jaminan keselamatan.
"Penghormatan terhadap martabat mereka sebagai manusia adalah kunci. Memberi mereka ruang untuk kembali tanpa rasa takut, " tambahnya.
Dari sisi rohani, suara damai juga menggema. Pendeta Simon Mote, perwakilan gereja dari Pegunungan Tengah, menyatakan bahwa gereja siap mengambil peran sebagai penyejuk, bukan hanya untuk menengahi, tetapi juga untuk membangun jembatan damai yang kokoh.
"Gereja harus menjadi pelita. Kami siap membuka pintu-pintu hati, mengajak mereka kembali ke jalan yang membawa kehidupan, bukan kematian, " ungkap Pendeta Simon.
Kesatuan suara para tokoh ini menjadi sinyal kuat bahwa Papua punya kekuatan dari dalam dirinya sendiri untuk menyembuhkan luka sejarah. Dengan mengedepankan kasih, kearifan lokal, dan nilai-nilai kemanusiaan, mereka bertekad menjadikan Papua sebagai tanah damai, tempat setiap anaknya bisa hidup bermartabat di bawah merah putih.
Langkah ini menjadi harapan besar bahwa perdamaian sejati di Papua bukan sekadar wacana, tetapi sedang nyata diperjuangkan, dimulai dari suara-suara tulus masyarakatnya sendiri. (APK/Red1922)