Enam Prajurit Kopassus Jadi Perisai Hidup, Aksi Heroik Selamatkan Warga Saat Kerusuhan Hebat di Yalimo

6 hours ago 3

YALIMO - Asap hitam mengepul dari bangunan yang terbakar, teriakan massa bergema di udara, sementara panah beracun melesat bersamaan dengan pecahan kaca akibat bom molotov. Kerusuhan hebat yang melanda Kampung Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan meninggalkan jejak ketakutan sekaligus menyisakan kisah keberanian luar biasa dari enam prajurit Kopassus yang bertaruh nyawa demi menyelamatkan warga sipil. Selasa 16 September 2025.

Kerusuhan itu dipicu isu SARA yang cepat menyulut emosi dan memicu amarah massa. Dalam hitungan menit, suasana berubah mencekam. Sejumlah guru dan warga sipil terjebak di sebuah bangunan yang terkepung massa. Dari segala arah datang ancaman: panah beracun, lemparan molotov, hingga kobaran api yang kian mendekat.

Misi Penyelamatan di Tengah Kepungan Massa

Di tengah situasi genting itu, enam prajurit Kopassus bergerak cepat. Tanpa ragu, mereka mendobrak barisan massa, menembus kepungan demi menjangkau para guru dan warga yang panik di dalam bangunan.

Ketika bom molotov menghantam dinding dan panah beracun nyaris mengenai mereka, para prajurit memilih tidak membalas dengan kekerasan. Mereka berdiri tegak di depan pintu sebagai perisai hidup, melindungi warga yang ketakutan. Dengan penuh ketenangan, mereka menenangkan guru dan anak-anak, sebelum akhirnya membuka jalur aman untuk evakuasi.

Meski situasi penuh ancaman, seluruh guru dan warga berhasil dibawa keluar dengan selamat. Keberanian itu menjadi bukti nyata profesionalisme dan kemanusiaan prajurit TNI di medan tugas yang penuh risiko.

Apresiasi dari Pemerintah dan Guru

Kepala Distrik Elelim, Lukas Kepno, mengungkapkan rasa syukurnya atas keberanian prajurit Kopassus.

“Tanpa kehadiran mereka, korban pasti lebih banyak. Kami melihat langsung bagaimana prajurit menjaga kami di tengah situasi genting. Mereka tidak membalas serangan dengan kekerasan, justru melindungi guru dan warga. Itu adalah tindakan yang sangat manusiawi dan patut dihargai, ” ujarnya. Jum'at (19/09/2025).

Hal senada disampaikan Maria Matuan, salah satu guru SD Negeri Elelim yang mengalami langsung detik-detik mencekam tersebut. Dengan suara bergetar, ia menceritakan pengalamannya:

“Kami benar-benar ketakutan saat massa mengepung. Panah berterbangan, kaca jendela pecah karena molotov, dan kami tidak tahu harus bagaimana. Saat itu enam prajurit Maleo (Kopassus) berdiri di depan pintu, menenangkan kami, lalu membawa kami keluar dengan selamat. Kami merasa benar-benar dijaga, ” tuturnya haru.

Pesan Damai dari Tanah Papua

Peristiwa di Elelim kembali menjadi pengingat betapa rentannya isu SARA dijadikan bahan bakar konflik di Papua. Namun di balik tragedi itu, sikap enam prajurit Kopassus menghadirkan pesan damai: bahwa tugas seorang prajurit bukan hanya soal senjata, tetapi juga tentang melindungi rakyat dengan hati.

Aksi heroik ini menjadi cerminan komitmen TNI, khususnya Kopassus, untuk selalu mengedepankan keselamatan masyarakat dalam setiap penugasan, meski nyawa mereka sendiri berada di ujung tanduk.

Di tengah kobaran api dan ancaman panah beracun, lahir sebuah kisah kepahlawanan: enam prajurit yang memilih menjadi tameng hidup agar guru dan warga Papua bisa selamat.

Salam Damai untuk Tanah Papua.

(Redaksi (JIS)

Read Entire Article
Sekitar Pulau| | | |