Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden RI Prabowo Subianto akan mengumumkan 10 nama penerima gelar pahlawan nasional pada Senin (10/11) hari ini.
"Besok, Insya Allah akan diumumkan. Kurang lebih 10 nama," kata Mensesneg Prasetyo Hadi di Kertanegara, Jakarta, Minggu (9/11).
Daftar 10 pahlawan nasional itu muncul dari total 49 nama yang diusulkan. Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Fadli Zon menyebut 40 nama merupakan usulan baru, sedangkan 9 lainnya merupakan carry over dari tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 10 nama yang akan mendapatkan gelar pahlawan nasional itu, Pras memastikan Presiden ke-2 RI Soeharto akan jadi salah satunya.
Pras mengatakan Soeharto dinilai berhak mendapat gelar pahlawan nasional karena jasanya membangun bangsa Indonesia dalam 32 tahun kepemimpinannya.
"Sekali lagi, sebagaimana kemarin juga kami sampaikan, itu kan bagian dari bagaimana kita menghormati para pendahulu, terutama para pemimpin kita, yang apapun sudah pasti memiliki jasa yang luar biasa terhadap bangsa dan negara," kata Pras.
Terpisah, Fadli Zon juga menyebut Soeharto dinilai layak menyandang pahlawan nasional karena terlibat di sejumlah operasi militer dulu, ia mencontohkan saat melawan Belanda di Serangan Umum 1 Maret 1949 dan operasi pembebasan Irian Barat alias Trikora pada 1960-an.
Namun, Fadli membantah bahwa Soeharto terlibat pembantaian terhadap orang yang dituduh PKI atau terafiliasi dengan PKI pasca G30S 1965.
Selain Soeharto, sosok lain yang diisukan akan mendapatkan gelar pahlawan nasional pada hari ini ialah Presiden ke-4 RI Abdurrachman Wahid alias Gus Dur serta aktivis buruh di rezim Soeharto, Marsinah.
Beberapa waktu lalu, Fadli Zon mengatakan mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Khusus bagi Soeharto, usulannya mendapatkan gelar pahlawan nasional ini menuai kontroversi.
Salah satunya dari Gerakan Masyarakat Sipil Adili Soeharto (GEMAS) yang menyatakan usulan itu merupakan langkah yang mengecewakan.
"Hari ini Kemensos lewat menterinya juga sudah mengirimkan usulan nama yang diserahkan kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Tentu ini sebuah langkah yang mengecewakan tapi juga tidak mengagetkan," ujar Koordinator KontraS Dimas Bagus Arya selaku perwakilan dari koalisi saat dihubungi, Selasa (21/10).
Kritik juga datang dari Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) yang menolak rencana itu.
"Saya paling tidak setuju kalau Soeharto dijadikan Pahlawan Nasional," kata Gus Mus di kediamannya di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, dilansir dari NU Online, Minggu (9/11).
Ia menceritakan banyak ulama pesantren dan NU diperlakukan tidak adil selama Soeharto berkuasa.
"Banyak kiai yang dimasukin sumur, papan nama NU tidak boleh dipasang, yang suruh dipasang banyak dirobohin oleh bupati-bupati. Adik saya sendiri, Kiai Adib Bisri akhirnya keluar dari PNS karena dipaksa masuk Golkar," katanya.
Mengenai pro dan kontra itu, Mensesneg Prasetyo Hadi mengatakan hal itu merupakan sesuatu yang lumrah terjadi dalam kehidupan berdemokrasi.
Namun, ia mengajak seluruh pihak memandang suatu hal dari segi positifnya. Terlebih, jika berkenaan dengan pemimpin terdahulu. Ia mengatakan kita sebagai penerus bangsa harus menghormati jasa mereka.
"Jadi begini, mengenai gelar pahlawan itu tentunya melalui semua prosedur. Bahwa ada pro kontra, bahwa ada yang mungkin setuju mungkin tidak itu bagian dari aspirasi," kata Pras di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (7/11).
(mnf/dal)

3 hours ago
2

















































