PAPUA - Di tengah keheningan pegunungan Papua yang diselimuti kabut pagi, prajurit TNI dari Satgas Mobile Yonif 113/Jaya Sakti (JS) menorehkan kisah kemanusiaan yang menghangatkan hati. Mereka hadir bukan hanya sebagai penjaga kedaulatan negara, tetapi juga sebagai sahabat dan saudara bagi masyarakat di pedalaman Tanah Papua. Rabau (08/10/2025)
Melalui program yang mereka sebut “Borong Hasil Tani” (Bohati), para prajurit menjadikan setiap patroli keamanan sebagai jembatan kasih dan persaudaraan. Di sela tugas menjaga stabilitas wilayah, mereka menyambangi mama-mama Papua di ladang dan pasar tradisional, membeli hasil panen seperti ubi, sayur-mayur, pisang, dan buah-buahan dengan harga yang layak bahkan di atas harga pasar.
Dari Patroli Menjadi Aksi Kemanusiaan
Program Bohati yang diinisiasi oleh Satgas Yonif 113/JS berangkat dari kepekaan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal. Di banyak daerah pedalaman, hasil tani sering sulit terjual karena akses pasar yang terbatas. Melihat hal itu, para prajurit berinisiatif memborong langsung hasil panen warga sebagai bentuk dukungan nyata bagi perekonomian lokal.
Pemandangan haru pun kerap tersaji di setiap kegiatan Bohati. Mama-mama Papua tampak tersenyum lega saat melihat hasil kebun mereka diborong habis. Beberapa bahkan tak kuasa menahan air mata bahagia.
“Sekarang hasil panen kami cepat laku. Tidak perlu susah-susah dibawa jauh lagi, ” tutur salah satu mama warga dengan mata berbinar, sembari menggenggam tangan prajurit yang memborong hasil kebunnya.
Bagi para prajurit Yonif 113/JS, momen-momen seperti itu bukan sekadar kegiatan sosial, melainkan bentuk nyata komunikasi hati ke hati antara TNI dan rakyat.
Prajurit Menyapa dengan Hati, Bukan Sekadar Patroli
Letda Abetya Susanto, S.Tr.(Han), salah satu perwira Satgas, menjelaskan bahwa program Borong Hasil Tani menjadi sarana efektif membangun kedekatan dan kepercayaan masyarakat terhadap TNI di wilayah operasi.
“Kami ingin masyarakat merasakan bahwa Satgas Mobile Yonif 113/JS tidak hanya memberikan rasa aman dan nyaman melalui patroli, tetapi juga sebagai bagian dari keluarga mereka. Setiap interaksi, setiap langkah kami di ladang dan pasar, adalah bentuk kasih dan kepedulian, ” ungkapnya penuh ketulusan.
Kegiatan ini juga membuktikan bahwa di balik disiplin militer dan ketegasan prajurit, tersimpan kepedulian yang mendalam terhadap masyarakat yang mereka lindungi.
Menopang Ekonomi, Menumbuhkan Kepercayaan
Selain membantu para petani menjual hasil panen, program Bohati turut menggerakkan roda perekonomian lokal. Dengan membeli hasil tani secara langsung dan adil, prajurit TNI membantu memastikan bahwa keringat para petani dibayar setimpal.
Bagi masyarakat Papua, kehadiran Satgas Yonif 113/JS bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga mitra hidup yang memahami perjuangan mereka sehari-hari.
Interaksi positif ini juga memperkuat hubungan emosional antara aparat keamanan dan warga. Sebab, kedekatan sosial adalah pondasi penting bagi terciptanya keamanan yang berkelanjutan di wilayah rawan konflik seperti Papua.
Misi Humanis di Bawah Komando Koops Habema
Upaya yang dilakukan Satgas Mobile Yonif 113/JS ini sejalan dengan arahan dan visi Pangkoops Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, yang menegaskan bahwa kehadiran TNI di Papua harus selalu mengedepankan pendekatan humanis.
“Saya selalu tekankan kepada seluruh prajurit di lapangan, bahwa TNI hadir di Papua untuk rakyat. Tugas kita bukan hanya menjaga kedaulatan negara, tetapi juga memastikan saudara-saudara kita di ufuk timur Indonesia dapat hidup dengan aman, damai, dan sejahtera, ” tegas Mayjen TNI Lucky Avianto.
Pernyataan ini menjadi penegasan bahwa operasi TNI di Papua bukan semata operasi militer, melainkan misi kemanusiaan untuk mengembalikan senyum dan harapan rakyat.
Kasih yang Menyembuhkan, TNI yang Merangkul
Setiap langkah prajurit Satgas Yonif 113/JS di tanah Papua adalah perwujudan semboyan “TNI PRIMA” Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif.
Melalui pendekatan Borong Hasil Tani, mereka menunjukkan bahwa menjaga perdamaian bisa dilakukan bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan hati yang tulus dan tangan yang membantu.
Kegiatan sederhana di ladang dan pasar itu telah menjadi jembatan persaudaraan di mana rakyat tersenyum, prajurit merasa berarti, dan Papua perlahan pulih dalam kedamaian.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono