PUNCAK - Di tanah tinggi yang dikelilingi kabut dan hutan lebat, semangat kebersamaan kembali tumbuh di Kampung Marilaukin, Distrik Wangbe, Kabupaten Puncak. Prajurit Pos Marilaukin Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 732/Banau melaksanakan kegiatan “Rosita” (Borong Hasil Tani) pada Jumat (31/10/2025), sebagai bentuk nyata dukungan terhadap perekonomian masyarakat perbatasan dan wujud kepedulian untuk menumbuhkan harapan baru di pedalaman Papua.
Kegiatan yang dipimpin oleh Serda Buamona itu tidak sekadar aksi membeli hasil bumi warga, tetapi juga langkah membangun kemandirian ekonomi dan mempererat hubungan emosional antara TNI dan rakyat. Dengan penuh semangat, para prajurit mendatangi para petani dan pedagang kecil di pasar Marilaukin, membeli hasil panen mereka mulai dari sayur-mayur segar, umbi-umbian, hingga buah-buahan dengan harga yang pantas dan manusiawi.

Danpos Marilaukin, Kapten Inf Frincen Sinaga, menegaskan bahwa kegiatan Rosita bukan hanya bentuk bantuan ekonomi, melainkan simbol nyata dari kehadiran TNI yang membawa solusi dan ketulusan di tengah masyarakat perbatasan.
“Kami ingin kehadiran TNI tidak hanya dirasakan dari sisi keamanan, tetapi juga kesejahteraan. Melalui Rosita, kami berusaha agar hasil kerja keras masyarakat tidak terbuang percuma. Ini adalah cara sederhana kami untuk menanam kepercayaan dan rasa persaudaraan, ” ujar Kapten Frincen dengan penuh makna.
Kehangatan itu juga dirasakan langsung oleh warga setempat. Mama Jenata, salah satu penjual sayur di Marilaukin, tak kuasa menahan haru saat hasil kebunnya ludes diborong para prajurit.
“Biasanya kami jual sayur dan buah kadang tidak habis, harus dibawa pulang lagi. Tapi hari ini habis semua. Uangnya bisa untuk beli kebutuhan anak sekolah dan dapur. Terima kasih banyak bapak-bapak TNI, semoga kegiatan ini terus ada, ” ujarnya sambil tersenyum bahagia.
Program Rosita telah menjadi jembatan kepercayaan antara prajurit Yonif 732/Banau dan masyarakat Papua. Di tengah tugas menjaga kedaulatan negara, mereka juga menanam nilai kemanusiaan memborong hasil bumi, sekaligus memborong harapan rakyat di perbatasan.
(Umlkh 27/AG)


















































