PUNCAK - Derap langkah prajurit TNI Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti (WYC) kali ini tidak menuju medan pertempuran. Sebaliknya, mereka memasuki ruang kelas sederhana di SD Mayuberi, Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak, Jumat (12/9/2025). Bukan dengan senjata, melainkan kapur tulis di tangan, para prajurit menebar ilmu sebagai guru pengganti bagi anak-anak Papua.
Kegiatan yang merupakan bagian dari program Binter terbatas ini dipimpin oleh Serda Jendri, dengan menghadirkan Serda Sahwiril sebagai pengajar. Di depan papan tulis, ia membimbing siswa kelas 1 dalam pelajaran Matematika. Dengan penuh kesabaran, prajurit itu menjelaskan satu per satu angka, sementara mata anak-anak terpaku penuh semangat. Suasana yang biasanya hening berubah hidup, seakan setiap angka yang ditulis di papan tulis membawa kisah baru yang menyalakan rasa ingin tahu mereka.
Lilin Kecil Pengetahuan di Pegunungan Papua
Bagi anak-anak di pedalaman Papua, kehadiran guru kerap tidak menentu karena berbagai keterbatasan. Di tengah kondisi tersebut, langkah kecil prajurit TNI untuk hadir di ruang kelas menjadi cahaya yang berarti. Anak-anak terlihat riang, sebagian bahkan dengan lantang menjawab pertanyaan sederhana yang diberikan, tanda bahwa semangat belajar mereka tetap menyala.
Danpos Mayuberi, Letda Inf Arif Natsir, menegaskan bahwa peran TNI di Papua bukan hanya sebatas menjaga keamanan, tetapi juga ikut mencerdaskan generasi muda.
“Bagi kami, tidak ada peran yang lebih mulia selain menjaga dan membangun generasi penerus bangsa. Menjadi guru pengganti bukan hanya tugas tambahan, tetapi juga amanah untuk menyalakan lilin kecil pengetahuan di hati anak-anak Papua, ” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan sederhana seperti mengajar ini adalah wujud nyata bahwa TNI ingin hadir sebagai sahabat dan bagian dari masyarakat, bukan sekadar pasukan keamanan.
Wajah Lain Keberanian Prajurit
Di tengah keterbatasan sarana pendidikan di wilayah pedalaman, prajurit TNI Satgas Yonif 700/WYC menunjukkan wajah lain dari keberanian. Bukan hanya di medan tugas yang penuh risiko, tetapi juga di ruang kelas—tempat masa depan Papua ditempa dengan ilmu dan kasih sayang.
Kehadiran mereka memberi warna baru di SD Mayuberi. Lebih dari sekadar pelajaran Matematika, anak-anak belajar tentang arti kepedulian, keteladanan, dan semangat pantang menyerah.
Kisah ini menegaskan bahwa perjuangan membangun Papua bukan hanya dengan menjaga batas wilayah atau meredam konflik, melainkan juga dengan memastikan setiap anak bisa meraih mimpinya melalui pendidikan.
Authentication:
Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Priharton