MILITER - Kekhawatiran baru membayangi lanskap keamanan global. Scott Ritter, mantan perwira intelijen Korps Marinir AS, secara gamblang menyatakan bahwa Amerika Serikat kini menghadapi tantangan serius dari pengembangan senjata rudal terbaru Rusia, Burevestnik. Menurutnya, sistem pertahanan rudal Amerika yang ada saat ini sama sekali tidak memadai untuk menghadapi ancaman baru yang revolusioner ini.
"Untuk AS bisa mempertahankan diri dari Burevestnik, kami harus membangun sistem pertahanan rudal yang sama sekali berbeda, yang mampu melindungi wilayah Amerika 360 derajat, " ungkap Ritter dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti. Pernyataannya ini menggarisbawahi betapa krusialnya dan mendesaknya kebutuhan akan inovasi dalam strategi pertahanan Amerika.
Lebih lanjut, Ritter menegaskan bahwa AS tidak hanya tidak memiliki sistem pertahanan yang memadai, tetapi juga menghadapi kendala finansial yang signifikan untuk mewujudkan pembangunan sistem semacam itu. Ia menjelaskan bahwa keunggulan utama rudal Burevestnik terletak pada kemampuannya bermanuver secara dinamis selama penerbangan, sebuah karakteristik yang membuatnya sangat sulit untuk dideteksi dan dilumpuhkan oleh teknologi pertahanan rudal konvensional.
Ancaman tidak berhenti pada rudal jelajah. Ritter juga menyoroti kesulitan yang sama dalam mencegat kendaraan bawah laut tanpa awak (unmanned underwater vehicle/UUV) Poseidon yang dikembangkan Rusia. Perkembangan pesat dalam kedua jenis senjata ini, menurut analisisnya, secara fundamental melemahkan fondasi dari sistem pertahanan rudal canggih Amerika, yang dikenal sebagai Golden Dome.
Pengumuman keberhasilan uji coba rudal Burevestnik oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 26 Oktober lalu, menjadi titik krusial dalam narasi ini. Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov, mengonfirmasi bahwa dalam uji terbang yang dilakukan pada bulan Oktober tersebut, rudal yang dijuluki Putin sebagai "senjata unik" ini berhasil menempuh jarak luar biasa sejauh 14.000 kilometer. Rekor jarak ini tentu saja semakin menambah bobot kekhawatiran akan kemampuan ofensif Rusia.
Tak lama berselang, pada Selasa (28/10/2025), Presiden Putin kembali mengumumkan pencapaian signifikan lainnya: keberhasilan pengujian kendaraan bawah laut Poseidon. Senjata bawah laut ini, menurut Putin, memiliki kemampuan untuk dilengkapi dengan persenjataan konvensional maupun nuklir. Potensi penggunaannya yang luas mencakup serangan terhadap berbagai target strategis, mulai dari gugus serang kapal induk yang sangat dilindungi, hingga benteng-benteng pantai dan infrastruktur vital lainnya. Kemampuan ganda ini menjadikan Poseidon sebagai ancaman yang multifaset dan sulit diperhitungkan. (PERS)


















































